Warga Saudi saat ini berusaha untuk meniru sesama rekan Arab mereka dengan menggunakan internet untuk mendorong adanya perubahan. Dan mereka telah membuat sebuah halaman di Facebook untuk mendesak terjadinya reformasi politik, sosial dan ekonomi di Saudi. Pada hari Selasa kemarin (8/2) jumlah anggota mereka telah mencapai 2.000 orang.
"Masyarakat ingin adanya reformasi rezim" seruan kelompok itu untuk sebuah monarki konstitusional, transparansi, pemilihan parlemen, sistem peradilan yang independen dan adil, langkah-langkah anti-korupsi dan penghormatan terhadap manusia dan hak-hak perempuan.
Mereka juga mendesak adanya pemerataan kekayaan dan secara serius menangani masalah pengangguran di kerajaan Teluk yang kaya minyak tersebut.
Sebuah monarki absolut, Arab Saudi telah menggelar hanya satu set pemilu dalam sejarahnya dan pemilu pada tahun 2005 adalah untuk memilih hanya setengah dari 178 anggota dewan kota dengan sisanya ditunjuk oleh pihak berwenang.
Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter telah memainkan peran utama dalam gelombang protes anti-pemerintah di seluruh dunia Arab yang marah karena banyaknya kemiskinan dan pengangguran yang telah tumbuh menjadi pemberontakan besar di Tunisia dan Mesir.
Di Tunisia, pengunjuk rasa berhasil menggulingkan Zine El Abidine Ben Ali bulan lalu, sementara protes anti-pemerintah di Mesir memasuki minggu ketiga pada hari Selasa kemarin.
Jumlah pengguna Facebook di dunia Arab meningkat sebesar 78 persen pada tahun 2010, melompat dari kurang dari 12 juta menjadi sekitar 21 juta, menurut laporan yang diterbitkan oleh Sekolah Pemerintah Dubai.
Kubu Ultra-konservatif Arab Saudi telah menjadi pembela vokal pemerintah Arab dalam upaya mereka untuk menghadap para demonstran.
Ulama besar kerajaan Saudi, Grand Mufti Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah al-Syaikh, mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa demonstrasi adalah "tindakan kekacauan" yang bertujuan merobek dunia Islam.
Akhir bulan lalu, Raja Abdullah menyatakan dukungannya untuk Presiden Mesir Hosni Mubarak dalam panggilan telepon dan mengutuk mereka yang telah "merusak" keamanan dan stabilitas negara. (fq/alahram)
No comments:
Post a Comment