Mufti Arab Saudi Syaikh Yusuf Al-Ahmad mengingatkan pemerintahnya untuk segera mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran, jika tidak ingin menghadapi revolusi seperti yang terjadi di Mesir dan Tunisia.
Syaikh Al-Ahmad menyampaikan hal tersebut dalam rekaman video yang diunggah ke internet. Ia mengatakan, dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Saudi yang mencapai 22 persen, gerakan rakyat yang kini sedang melanda dunia Arab bisa menular ke Saudi. Apalagi bibit-bibit ketidakpuasan itu sudah terlihat lewat aksi protes warga Saudi atas kegagalan pemerintah mengatasi persoalan banjir, terutama di kota Jeddah.
"Banjir yang melanda kota kedua terbesar di Saudi itu menelan korban jiwa dan menyebabkan ribuan warga Jeddah mengungsi sehingga memicu kemarahan publik," tulis surat kabar Al-Arab mengutip pernyataan Syaikh Al-Ahmad.
Mufti Saudi itu mengungkapkan, cara rakyat mengungkapkan kemarahan sudah berubah dengan cara yang tidak dibayangkan sebelumnya, karena rakyat merasa tertindas dan diperlakukan tidak adil. Al-Ahmad mengkritik pemerintah Saudi yang mengalokasikan dana sebesar 112 miliar dollar untuk Universitas King Abdullah dan dana sebesar 72 miliar dollar untuk Universitas Puteri Noura di Riyadh.
Al-Ahmad menilai dana sebesar itu cukup untuk membangun 72 universitas dan menciptakan 300.000 lapangan pekerjaan bagi rakyat Saudi. Menurutnya, perlu ada pengawasan terhadap aset-aset milik publik untuk mencegah pemborosan yang dilakukan pemerintah.
Tahun 2009, parlemen Saudi mengumumkan bahwa tingkat pengangguran di Saudi masih berkisar 22 persen. Sementara versi pemerintah menyebutkan bahwa tingkat pengangguran hanya 10,5 persen. Angka 22 persen, mengindikasikan rencana tiga tahun yang dirancang pemerintah Saudi untuk mengatasi masalah kemiskinan kurang berhasil. (ln/prtv)
No comments:
Post a Comment