Wednesday, December 29, 2010

Syaikh Qardhawi Fatwakan Haram Muslim Memilih Dukung Pemisahan Sudan

Presiden persatuan ulama muslim internasional, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengeluarkan fatwa yang menyatakan haram hukumnya bagi umat Islam untuk memilih mendukung pemisahan wilayah Selatan Sudan dengan wilayah Utara, dan menyerukan umat Islam serta bangsa Arab untuk bersama-sama menciptakan persatuan.

Fatwa ini datang dalam menanggapi pernyataan yang diterima Syaikh Qardhawi dalam program acara "Syariah wal Hayah" yang disiarkan saluran televisi Aljazeera, terkait tentang peran apa yang dimainkan oleh persatuan ulama muslim internasional untuk mencegah terjadinya pemisahan antara wilayah Selatan Sudan dan terjadinya pembagian Sudan.

Dalam pertanyaannya yang ditujukan kepadanya berbunyi, Apakah diperbolehkan umat Islam Sudan untuk memiliki hak memilih wilayah dan memilih untuk memisahkan diri?

Syaikh al-Qaradawi menjawab: "Saya tidak perbolehkan bagi seorang muslim Sudan untuk memilih memisahkan diri .. karena pemisahan selalu berakhir dengan kejahatan dan hal itu yang diinginkan oleh Barat dalam memecah negara muslim .. Kita berada dalam dunia yang terpecah .. Sudan negara besar dipenuhi oleh intrik orang-orang yang tidak ingin Sudan tetap bersatu," sembari menjelaskan bahwa pemisahan Sudan aktor di belakangnya adalah beberapa negara Barat dan Amerika yang berusaha merusak persatuan dunia Muslim.

Menambahkan pernyataannya Syaikh al-Qardhawi mengatakan: "Saya menyerukan umat Islam untuk memiliki suatu entitas yang lebih dalam dan lebih memilih persatuan umat Islam karena umat Islam harus bergerak dari peran ke peran yang lebih besar."(fq/imo)

Monday, December 27, 2010

Hari Ini 31 Tahun yang Lalu, Awal Invasi Komunis Soviet ke Afghanistan

Hari ini (27 Desember), 31 tahun yang lalu untuk pertama kalinya secara terbuka pasukan komunis Uni Soviet melakukan invasi ke bumi Afghanistan.

Masuknya pasukan komunis Soviet ke wilayah tersebut pada tanggal 27 Desember 1979 tersebut atas permintaan seorang pejabat dari partai komunis Afghanistan, yang ingin adanya campur tangan militer asing dalam merubah hirarki yang berkuasa pada saat itu.

Uni Soviet pada saat itu memutuskan untuk memberi bantuan kepada Afganistan untuk menjalankan revolusi. Pemimpin Soviet, berdasarkan informasi dari KGB dan sekutunya di Afganistan, merasa presiden Hafizullah Amin telah membuat situasi di Afghanistan tidak stabil. KGB di Kabul sendiri telah memperingatkan orang yang hendak mengkudeta presiden Amin dan pembunuh Taraki (presiden sebelumnya) bahwa kepemimpinan Amin akan menuju ke tindakan "represi kasar".

Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan, atas perintah pemimpin KGB Yuri Andropov, Ponomaryev dari Komite Pusat dan Dmitry Ustinov, Menteri Pertahanan Uni Soviet. Pada akhir Oktober mereka melaporkan bahwa Amin telah membersihkan lawan-lawan politiknya, termasuk para simpatisan Soviet; kesetiannya terhadap Moskow hanyalah bohongan; begitu informasi yang diterima Soviet atas perilaku Amin.

Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul, menurut dugaan, dua dari penjaga Amin telah membunuh presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki dengan menggunakan bantal, dan Amin sendiri diduga adalah agen CIA.

Pada tanggal 22 Desember, penasehat Soviet menasehati kepala Pasukan Bersenjata Afganistan, agar mereka untuk melakukan pemeliharaan tank dan untuk peralatan perang lainnya karena kemungkinan situasi genting terjadi. Sementara itu, hubungan telekomunikasi keluar area Kabul diputus, mengisolasi ibukota itu. Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota pasukan Pasung Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul.

Mengetahui situasi semakian memanas, presiden Hafizullah Amin memindahkan kantor presidennya ke Istana Tajbeg, yang dipercaya bahwa tempat ini lebih aman dari mendapatkan risiko yang mungkin terjadi.

Dan tepat pada tanggal 27 Desember 1979, 700 pasukan Soviet dengan memakai seragam militer Afganistan, termasuk OSNAZ dan 54 pasukan khusus Soviet Spetsnaz dari Grup Alpha dan Grup Zenith, mengambil alih pemerintah, militer dan bangunan-bangunan di Kabul, termasuk merebut target utama mereka - Istana Tajbeg.

Invasi pasukan Soviet menggulingkan pemerintah Afghanistan pada waktu bernama Operasi Badai-333 («Шторм-333»). Operasi ini berhasil dan sukses di mana tentara Soviet berhasil merebut dan memasuki Istana Tajbeg di Afganistan dan membunuh Presiden Hafizullah Amin dan 200 pengawalnya.

Dan sejak tanggal itu (27 Desember) di mulailah babak baru Afghanistan resmi di bawah kekuasaan rezim pro komunis Soviet dan dijajah oleh Uni Soviet.(fq/wiki)

Saturday, December 25, 2010

Laporan: Jurang Antara si Kaya dan si Miskin di AS Semakin Melebar

Sebuah laporan terbaru oleh Lembaga Kebijakan Ekonomi (EPI) telah mengungkapkan bahwa kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Amerika Serikat semakin melebar.

Laporan EPI mengatakan bahwa kesenjangan terbesar itu ada sejak survei dimulai pada tahun 1962, CNN melaporkan pada hari Jumat kemarin (24/12).

Laporan ini menunjukkan bahwa sebanyak satu persen dari rumah tangga AS yang paling kaya memiliki 225 kali lebih banyak uang dibandingkan rumah tangga rata-rata.

Menurut survei, angka itu hampir dua kali lipat sejak tahun 1960-an. Survei terakhir dilakukan pada tahun 2007, telah mengungkapkan bahwa satu persen orang terkaya memiliki 181 kali uang lebih banyak dari rata-rata rumah tangga biasa, sedangkan pada tahun 1960 angka itu hanya 125 kali rata-rata rumah tangga.

Resesi ekonomi global juga memukul rata-rata warga AS lebih keras, dengan aset mereka menurun 41 persen sejak tahun 2007. Sedangkan orang kaya hanya kehilangan 27 persen pada periode waktu yang sama.

Pada tahun 2009, satu persen orang terkaya memiliki uang rata-rata 14 juta dolar, sedangkan rata-rata warga AS biasa memiliki aset rumah tangga sekitar 62.200 dolar.

Dalam menghitung aset rumah tangga, EPI juga menghitung termasuk kepemilikan rumah. Rata-rata warga AS telah jauh lebih menderita akibat dari efek jatuhnya harga properti daripada orang kaya, kata laporan itu. (fq/prtv)

Monday, December 20, 2010

Kekerasan Terhadap Anak Di Israel Lebih Tinggi Daripada Di AS

Untuk setiap 1.000 anak, 18 anak di Israel mengatakan bahwa mereka telah disiksa.

Lebih dari 45, 000 anak-anak di Israel telah menjadi korban kekerasan selama 12 bulan terakhir, demikian laporan dari kepala Dewan Nasional untuk Anak Israel, Dr Yitzhak Kadmon, beberapa jam yang lalu.

Berbicara dalam sebuah konferensi yang menangani masalah pembunuhan bayi, di Sheba Medical Center di Tel Hashomer, Kadmon mengatakan bahwa penelitian awal menunjukkan tingkat anak-anak yang menderita kekerasan selama 12 bulan terakhir ini dua kali lebih tinggi di Israel daripada di Amerika Serikat. Untuk setiap 1.000 anak, 18 anak di Israel mengatakan bahwa mereka telah dilecehkan dan disiksa. Jumlah mereka mencapai 45.600 anak-anak.

Dalam delapan tahun terakhir, 42 anak-anak di Israel dibunuh oleh anggota keluarga, mayoritas di tangan orangtuanya sendiri. Dari jumlah itu, 75% dari korban berusia di bawah 4 tahun, dan sebagian besar dari mereka adalah anak laki-laki. Data juga menunjukkan bahwa 19 dari 42 pembunuhan dilakukan oleh ayah anak itu, 12 oleh ibu dan enam oleh kedua orang tua secara bersama-sama.

Salah satu kasus pembunuhan anak di Israel yang paling mengejutkan terjadi pada bulan Juli, ketika Itai Ben Dror dari Netanya mengaku membunuh tiga anaknya yang masih belia, dalam rangka "untuk memberi mereka kedamaian dan ketenangan pada ibu mereka." (sa/haaretz)

Saturday, December 18, 2010

Putin Berjanji Akan Bangun Masjid Baru di Moskow


Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin hari Kamis kemarin (16/12) berjanji akan membangun sebuah masjid baru untuk memenuhi kebutuhan akibat meningkatnya jumlah Muslim di ibukota Rusia, di tengah adanya oposisi dari warga Moskow.

"Pembangunan masjid telah direncanakan di Moskow. Pembangunan ini harus dilakukan," kata Putin pada saat live di TV dalam acara tanya jawab.

Secara signifikan ia memberikan jaminan untuk pembangunan masjid di tengah ketegangan etnis yang meningkat di Moskow dan kota-kota Rusia lainnya terhadap domuniasi Muslim asal Kaukasia di belakang kerusuhan rasial Sabtu lalu.

Warga Moskow sebelumnya telah menentang pembangunan masjid di tenggara Moskow, di distrik dengan sejumlah besar berisi etnis Tatar, sebagian besar dari mereka adalah Muslim.

Sekarang ini hanya ada dua masjid di Moskow.

Kepala Pusat Kebudayaan Islam di Rusia Abdul Wahid Niyazov, dalam pernyataan yang dikutip oleh BBC, menyatakan bahwa pembangunan masjid baru adalah hak mutlak dari umat Muslim yang harus mendapatkan rumah ibadah yang layak untuk mereka.

Abdul Wahid mengatakan: "Untuk mengatakan bahwa masjid baru akan membahayakan penduduk, hal itu tidak benar, Muslim membentuk 15% dari penduduk daerah itu, dan mereka berhak, seperti warga negara lainnya, menikmati dan memiliki rumah ibadah bagi mereka."

Rusia adalah rumah bagi 10 juta umat Islam, namun karena datangnya imigran dari negara-negara bekas Uni Soviet, jumlah Muslim semakin membengkak menjadi 2 juta di ibukota Moskow.(fq/zeenews)

Bolivia Akui Negara Palestina

Bolivia menjadi negara keempat yang mengakui adanya negara Palestina. Demikian laporan kantor berita Palestina, Ma'an.

Sebelumnya, Brasil, Argentina dan Uruguay sudah mengakui negara Palestina.

Menurut laporan tersebut, Kementerian Luar Negeri Bolivia mengumumkan bahwa Presiden Evo Morales membuat pernyataan tersebut dalam konferensi di Brazil yang dihadiri oleh para pemimpin Amerika Latin lainnya.

"Bolivia mengakui negara Palestina," demikian Morales.

Sementara itu, pejabat di Departemen Luar Negeri Otoritas Palestina mengatakan mereka melanjutkan upaya mereka untuk memperoleh pengakuan lebih lanjut dengan beberapa negara Amerika Latin.

Presiden Otoritas Palestina (OP), Mahmoud Abbas mengucapkan terima kasih kepada Bolivia untuk dukungan itu, dan memuji hubungan antara OP dan negara Amerika Selatan. Sumber resmi mengatakan, Abbas menelepon Bolivia tiga hari sebelum membuat deklarasi resmi

Kementerian luar negeri Israel mengecam langkah Bolivia, menggarisbawahi bahwa langkah ini tidak membuat kontribusi apapun terhadap perdamaian. Pengutukan serupa juga dikeluarkan untuk negara-negara Amerika Selatan lainnya setelah pernyataan mereka.

Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada Januari 2009 selama Operasi Cast Lead di Gaza dan mengkritik keras kebijakan Israel. (sa/ynet)

Thursday, December 16, 2010

Petinju Afrika, Dari Gbodo Ygor Menjadi Ali Akbar



Awal Januari 2010, Gbodo Ygor, petinju asal Republik Afrika Tengah datang ke Pakistan mengikuti ajang Benazir Bhutto Boxing Tournament. Turnamen ini ternyata menjadi titik awal perubahan hidupnya, karena saat mengikuti turnamen itulah Ygor memutuskan untuk menjadi seorang muslim dan saat kembali ke tanah airnya, ia sudah menyandang nama islami, Ali Akbar.

"Meski saya tidak mendapatkan gelar juara, saya mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar. Saya, dengan rahmat Allah, sekarang menjadi seorang muslim," kata Ali Akbar.

"Saya tidak bisa melupakan masa-masa itu. Saya merasa sudah sampai pada tujuan saya," kata petinju kelas welter ringan dengan mata berbinar.

Ali Akbar mengucapkan dua kalimat syahadat di Jamia Binoria International, sebuah tempat di pinggiran selatan kota Karachi. Ratusan orang yang hadir dalam acara itu satu persatu mengucapkan selamat dan memeluk Ali Akbar sebagai "saudara baru" mereka. Pekikan Allahu Akbar menggema dan makanan kecil semacam manisan khas Pakistan dibagikan untuk merayakan peristiwa itu.

"Saya menerima sambutan yang luar biasa. Saya tak menyangka akan diperlakukan seperti selebritis setelah masuk Islam," kata Akbar, anak tertua dari tujuh bersaudara.

Akbar mengakui butuh waktu lama untuk meyakinkan dirinya pada Islam, meski kedua orang tuanya sudah lama masuk Islam. Akbar menyebut nama pelatihnya, Muhammad Kalambaye, yang sudah membimbingnya untuk menjadi seorang muslim.

"Saya sebenarnya sudah merasa tertarik dengan Islam beberapa tahun belakangan ini, ketika Muhammad menjadi pelatih tim tinju kami. Dia tidak pernah memaksa kami untuk mempelajari Islam, tapi cara hidup dan karakternya yang baik yang membuat kami jadi tertarik pada Islam," tutur Akbar.

Ternyata bukan hanya Akbar yang menjadi tertarik pada Islam begitu melihat perilaku yang ditunjukkan Muhammad Kalambaye. Lima rekan Akbar lainnya juga mengalami hal yang sama. Dan kelimanya juga memutuskan masuk Islam saat bertanding di Pakistan.

"Pakistan adalah negara Muslim pertama yang pernah kami kunjungi," tukas Akbar.

"Dua rekan saya masih ragu memeluk Islam dengan alasan ingin mempelajari lebih banyak tentang Islam. Tapi begitu saya memberitahu bahwa kami di sini (Pakistan) besok akan mengucapkan syahadat, kami tidak menyangka mereka mengatakan akan masuk Islam juga," kisah Akbar.

Ia menilai Islam merupakan agama terbaik karena Islam mengajarkan bahwa derajat manusia sama di mata Tuhan, yang membedakan hanyalah amal ibadahnya dan mengajarkan untuk mendahulukan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi.

"Saya menyaksikan beragam orang Islam di lingkungan saya, yang tidak hanya saling menolong antar orang Islam sendiri tapi juga menolong orang-orang non-Muslim yang membutuhkan. Mereka bilang, menolong sesama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Islam. Tidak ada konsep superioritas dalam Islam. Saya sangat tersentuh dengan semangat dan komitmen ini," tukas Akbar.

Ia mengungkapkan, pelatih tinjunya, Muhammad Kalambaye, sering mengutip perkataan Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa dalam Islam tidak ada ajaran bahwa orang Arab lebih superior dari non-Arab atau orang kulit putih lebih superior dari orang kulit hitam.

"Konsep kesetaraan itu membuat saya sangat tertarik pada Islam," ujar Akbar.

Lebih lanjut ia menceritakan, kedua orang tuanya menjerit karena gembira begitu ia mengabarkan telah masuk Islam lewat telepon. "Saya memang sudah memberi isyarat sebelum berangkat ke Pakistan bahwa saya akan membawa hadiah istimewa buat mereka. Tapi saya tidak menceritakan secara langsung apa rencana saya di Pakistan," tutur Akbar.

Sekarang, Akbar berharap bisa menuntun saudara-saudara kandungnya yang lain--empat adik perempuan dan tiga adik lelaki--yang masih memeluk agama Kristen agar menemukan jalan Islam. "Insya Allah, Allah akan segera melimpahkan rahmat pada mereka juga," harap Akbar.

Kisah Ali Akbar dan rekan satu timnya--semuanya sembilan orang--masuk Islam secara bersamaan, menjadi pemberitaan media massa di Pakistan. Selain mereka, juga ada tiga petinju asal Kamerun yang juga masuk Islam pada saat yang sama.


Presiden Asosiasi Tinju Republik Afrika Tengah, Lumande Kristin mengaku gembira dengan keputusan "anak-anak asuh"nya itu. "Saya bahagia mereka memeluk agama yang mengajarkan perdamaian dan persamaaan derajat manusia," ujar Kristin yang seorang nasrani.

"Mereka tidak akan menghadapi persoalan ketika kembali ke tanah air, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Mereka adalah para pahlawan kami dan akan tetap menjadi pahlawan kami apapun agama mereka yang anut," tandas Kristin. (ln/oi)

Peristiwa "Black September" Mengantarkanku pada Islam


Ia tumbuh dan dididik dalam keluarga kelas menengah di AS yang menganut ajaran Kristen, meski tidak menjadi anggota sebuah gereja tertentu atau secara rutin mengikuti kebaktian setiap hari Minggu dan terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan. Satu-satunya momen yang mereka rayakan untuk menunjukkan jati diri keagamaan mereka adalah perayaan Natal.

Meski bukan penganut agama Kristen yang rajin ke gereja, orang tuanya mengajarkan dengan tegas dan jelas soal "akhlak" yang harus dipatuhinya, agar menjadi manusia yang berkarakter dan berperilaku baik. Di sisi lain, minat kedua orang tuanya terhadap sejarah dan budaya beragam bangsa di dunia menciptakan sebuah lingkungan yang mengajarkannya untuk bersikap toleran, menghormati dan mengagumi adat istiadat dan keyakinan orang lain yang berbeda dengan keyakinan yang dianutnya. Dan lingkungan seperti inilah yang suatu saat memberikan kontribusi besar baginya untuk menerima dan akhirnya memeluk agama Islam.

Begitulah latar belakang kehidupan Justin L.Peyton, seorang warga AS keturunan Afrika asal Philadelphia, Pennsylvania. Perjalanannya menuju Islam berawal dari peristiwa serangan 11 September 2001. Ia jadi lebih banyak membaca tentang Islam dan Muslim dari media massa pasca peristiwa itu, meski pemberitaannya cenderung negatif. Namun ia mengaku potret negatif tentang Islam dan Muslim yang diumbar media massa Barat tidak mempengaruhi interaksinya dengan teman atau tetangganya yang Muslim.

"Pemberitaan yang negatif itu tidak pernah mengganggu keinginan saya untuk meluangkan waktu guna mempelajari Islam," ujar Peyton.

Dengan sikap keterbukaan yang ditanamkan kedua orang tuanya, ia memutuskan untuk melakukan riset sendiri, mencari fakta-fakta tentang Islam dan menemukan benang merah antara pengalaman pribadinya bergaul dengan Muslim dengan pemberitaan media massa yang negatif tentang Islam dan Muslim. Karena saat itu Peyton masih berstatus mahasiswa, maka internet menjadi media pertama yang digunakannya untuk melakukan "pencarian dan pengkajian" itu.

Selama beberapa bulan ia mengakses informasi dari internet, pengetahuannya terus bertambah secara bertahap. Peyton membaca berbagai artikel mulai pengetahuan dasar tentang ajaran Islam dan Muslim sampai hal-hal yang lebih mendalam tentang konsep ketuhanan dalam Islam, nabi-nabi, Al-Quran, hari Kiamat serta petunjuk tentang tata cara melakukan salat, puasa, haji dan pengetahuan lainnya tentang Islam dan Muslim seperti konsep keluarga dalam Islam, pernijahan dan kisah-kisah para mualaf . Cerita tentang mereka yang masuk agama Islam adalah artikel yang paling ia sukai.

Ia lalu membeli Al-Quran dengan terjemahan di sebuah toko buku dan mulai membaca isi Al-Quran. Dalam sehari, Peyton bisa membaca berlembar-lembar halaman Al-Quran dan membuat daftar isi Al-Quran yang paling memicu rasa ingin tahunya yang lebih dalam tentang Islam. "Apa yang saya baca, memberikan sensasi dalam jiwa saya," kata Peyton.

Mengakses internet dan membaca isi Al-Quran ternyata tidak membuatnya merasa cukup untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang Islam dan Muslim. Peyton memutuskan untuk berkunjung ke masjid-masjid terdekat di Philadelphia. "Saya mengontak sebuah masjid yang jaraknya 45 mil dari rumah, bicara dengan pimpinan masjid itu dan menyusun jadwal untuk datang dan berdiskusi tentang Islam dengan komunitas Muslim di masjid itu," ujarnya.

Di hari yang sudah ditentukan, Peyton datang dan menghabiskan banyak waktu dengan seorang muslim di masjid itu. Pertemuan dan perbincangan itu menggugah hatinya, hingga kunjungan keduanya pada musim panas tahun 2002, Peyton meyakini bahwa Islam adalah kebenaran. Saat itu juga Peyton mengucapkan dua kalimat syahadat dan selama sepekan menetap di masjid untuk belajar salat dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sendiri sebagai muslim.

Dua bulan setelah masuk Islam, Peyton menandatagani surat-surat untuk bergabung ke korps Marinir AS dan harus tinggal di barak militer. Sebagai orang yang baru masuk Islam, Peyton mengakui bahwa kehidupan militer tidak kondusif. Contohnya, jadwal dan lama latiihan yang kadang membuatnya sangat sulit untuk menunaikan kewajiban salat atau berpuasa saat bulan Ramadan.

Bahkan setelah selesai menjalankan pelatihan sebagai Marinir, Peyton ditempat di daerah yang sama sekali tidak ada komunitas Muslimnya, yang membuatnya makin sulit untuk memperkuat keyakinan agama yang baru dipeluknya. Baru tiga tahun kemudian, Peyton bertemu dengan sesama prajurit yang juga Muslim, yang bisa mengajarkannya tentang Islam dan menuntunnya untuk menjalani kehidupan sebagai Muslim di dalam dinas kemiliteran AS.

Musim panas tahun 2007, Peyton menyelesaikan tugas di dinas kemiliteran dan kembali ke Philadelphia, kampung halamannya. Ia kemudian aktif di sebuah masjid dan dengan kemampuan yang dimilikinya, ia mendapatkan pekerjaan di organisasi muslim terbesar di AS, Council on American-Islamic Relation (CAIR).

"Selama dua tahun menjadi bagian dari komunitas Muslim dan bekerja di CAIR merupakan pengalaman belajar yang luar biasa, membuat saya makin berkembang dan berminat untuk belajar Islam lebih mendalam," tukasnya.

Tahun 2009, Peyton mendaftarkan diri ke Hartford Seminary di Connecticut dan mendapatkan gelar master di bidang studi Seni Islam, hubungan Muslim-Kristen dan mendapatkan sertifikat di bidang dakwah Islam. (ln/oi)

Jefferson Pinder, Menyelami Samudera Islam di Tengah Arus Budaya Amerika


Salat Jumat di Islamic Center di Washington baru saja usai siang itu. Para jamaah bersiap-siap meninggalkan masjid ketika Imam salat mengumumkan akan mengenalkan seorang "saudara seiman" yang baru lewat pengeras suara.

Kala itu, bulan Juli tahun 2008. Di samping imam masjid, duduk seorang lelaki mengenakan celana jeans dan kemeja. Para jamaah masjid menjadi saksi ketika sang imam menuntun lelaki itu mengucapkan dua kalimat syahadat dalam bahasa Arab dan Inggris. Setelah prosesi itu selesai, pekikan Allahu Akbar menggema di dalam dan di luar masjid menyambut kehadiran seorang muslim baru (mualaf) di tengah komunitas Muslim Amerika. Para jamaah masjid pun membuat antrian panjang untuk memberikan selamat pada lelaki yang baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai muslim.

Tapi siapa lelaki yang baru saja mengucapkan syahadat itu. Dia adalah Jefferson Pinder, seorang profesor di jurusan seni Universitas Maryland. "Saya takjub," kata Pinder saat berada di halaman masjid sambil menerima ucapan selamat dari jamaah masjid di Washington yang bahkan belum ia kenal sebelumnya.

"Saya kira, mendatangi sebuah tempat ibadah dan berjumpa dengan beragam orang merupakan sesuatu yang menakjubkan sepanjang pengalaman hidup saya yang dibesarkan sebagai penganut Kristen," kata Pinder, warga Amerika keturunan Afrika.

Perjalanan mencari jati diri Profesor Pinder membawanya pada agama Islam. "Sebuah perjalanan yang panjang, berawal dari perjlanan ke Senegal," ungkap Pinder yang mengaku kagum melihat nilai-nilai dan disiplin orang-orang Islam yang pernah dijumpainya.

Ia mengatakan, "Saya seorang artis dan saya pernah bekerjasama dengan banyak seniman, termasuk seniman Muslim. Merekalah yang memotivasi saya. Saya melihat bagaimana mereka menjalani kehidupan ini."

"Ketika saya datang ke sini, ke Universitas Maryland tempat saya mengajar, salah seorang mahasiswa adalah seorang muslimah. Ia menciptakan karya seni dengan sentuhan Islam, yang membuat hati saya tergerak. Saya menemui keluarganya dan mereka dengan sikap terbuka membawa serta membimbing saya ke jalan ini," tutur Pinder.

Ia mengaku mengaku kagum dengan nilai-nilai, disiplin dan kebaikan kaum Muslimin yang tetap taat dan serius terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan mereka. "Sebuah nilai-nilai asli dari komunitas yang tidak hanya melakukan kewajiban salat, tapi lebih dari itu. Komunitas Muslim adalah sebuah komunitas yang selalu berpikir tentang masyarakat dan ingin menjadi bagian dari masyarakat itu," tukas Pinder.

Ia berharap keislamannya tidak mempengaruhi hubungan dengan keluarganya. Ayah Pinder adalah seorang pemuka agama Katolik dan Pinder yakin ayahnya bisa memahami keputusannya masuk Islam.

"Saya kira, ayah saya menyadari bahwa Islam memberikan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh ajaran Kristen dan pada saat yang sama ia juga akan menyadari bahwa banyak kesamaan antara kedua agama itu, dan itu akan tetap membuat hubungan kami kuat," ujar Pinder.

Pinder melihat keputusannya menjadi seorang muslim sebagai awal dari fase baru kehidupannya. "Ini kesempatan luar biasa bagi saya untuk lebih mengenal diri saya lagi, setelah kehilangan arah selama bertahun-tahun," ungkapnya.

"Kadang saya berpikir bahwa hidup kita akan kacau di tengah budaya Amerika dan tidak memikirkan ada alternatif lain, cara lain untuk belajar dan cara lain untuk menjalani sebuah kehidupan."

"Maka, hari ini, saya datang ke sini dan pelan-pelan belajar sebuah cara baru dalam melihat kehidupan dan saya berharap ini akan membuat saya menjadi orang yang lebih kaya," imbuh Pinder.

Ia menegaskan, masih banyak yang harus ia pelajari tentang agama Islam yang menjadi keyakinan barunya. "Saya baru memulai sebuah proses ... ini seperti menceburkan diri ke sebuah samudera dan berusaha untuk berenang di dalamnya," tukas Pinder yang baru akan belajar tatacara salat.

Untuk belajar banyak hal tentang kewjiban dalam Islam dan bahasa Arab, Pinder akan dibimbing dua orang mentor. "Saya seperti baru lahir saja," kata Pinder. (ln/oi)

Monday, December 13, 2010

Kisah Sukses Makanan Halal Di Amerika


Gerai makanan halal berkembang dengan pesat di Amerika Serikat—di sebuah negeri di mana Al-Quran akan dibakar. Gerai-gerai halal yang tentu saja menjadi ciri khas Islam yang sangat kuat ini, bahkan menurut para ahli sekarang sanggup bersaing dengan restoran umum lainnya. Mereka mendapatkan ceruk pasar yang besar, bahkan di kalangan non-Muslim.

"Orang-orang bahagia," kata Fred Zakria, pemilik Milano Pizza, salah satu gerai makanan halal di San Joaquin County, California, surat kabar The Record pada Minggu, November 21. "Ini adalah produk yang baik."

Zakria, seorang imigran Afghanistan, yang datang ke California bersama istrinya pada tahun 1987, awalnya bekerja di sebuah toko roti. "Itu adalah kunci bagi saya untuk membuka pintu usaha," kenang Zakria.

Setelah proses panjang meretas kehidupan baru di negara baru mereka, Zakria memutuskan mendirikan gerai pizza halal untuk melayani warga Muslim di San Joaquin.
Hanya dalam waktu lima tahun, ledakan makan siang di pizza Milano adalah bukti keberhasilan Zakria dan popularitas bisnisnya. "Saya punya enam driver," kata Zakria. "Sekarang saya menciptakan lapangan kerja. Saya melatih orang-orang. "

Zakria hanya satu orang yang merupakan bagian dari semakin banyaknya gerai dan restoran halal di San Joaquin. Pada tahun 1986, restoran halal pertama Stockton's Islamic Meat & Poultry, dibuka. Saat ini, sudah ada 10 restoran makanan halal.

Shahed Amanullah, pendiri zabihah.com, database restoran Halal terbesar di dunia, mengatakan tren makanan halal meluas jauh melampaui California. Ketika diluncurkan 12 tahun yang lalu, Zabihah padahal hanya berfokus pada California Bay Area dan mengelola review dari 200 restoran. Sekarang, ada ulasan lebih dari 7.000 perusahaan nasional. Menurut Amanullah, yang juga seorang wartawan dan aktivis Muslim, saat ini Amerika benar-benar meminta makanan halal dalam jumlah yang besar.

Kompetitif

Di restoran Zakria, pepperoni dan sosis terbuat dari daging sapi, ham terbuat dari kalkun, dan ayam yang disembelih sesuai dengan pedoman Islam.

Para ahli mengatakan industri ini berkembang terutama karena persaingan dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.

"Masyarakat Muslim di Amerika sangatlah beragam sehingga orang harus menemukan cara bagaimana melayani kebutuhan berbagai kalangan," kata Amanullah.

"Ketika kami mulai, kualitas perusahaan halal benar-benar mengerikan." Kata Amanullah. "Ini benar-benar menarik... Lahir dari makanan tradisional menjadi opsi rakyat Amerika seperti pizza dan burger. "

Zakria, mengatakan ia juga berpendapat restoran halal semakin kompetitif dan juga semakin menemukan ceruk pasar non-Muslim juga.

"Saya selalu datang ke sini," kata Jessica Kaufman, seorang pelanggan reguler di Milano Pizza. "Ini sehat dan segar, dan saya menyukai pelayanannya." (sa/onislam)

Kisah Jurnalis Norwegia Hidup Bersama Taliban


Tidak banyak hal yang terungkap dari keseharian pejuang Taliban, yang sering diberitakan oleh media sebagai sosok yang kejam, menyeramkan dan berbagai atribut negatif lainnya yang disematkan kepada mereka. Namun seorang jurnalis Norwegia berhasil merekam sisi lain kehidupan pejuang Taliban yang jarang diekspos media.

Jarang terlihat oleh orang luar, kehidupan sehari-hari dari seorang komandan regional Taliban bernama Dawran dan pejuang Taliban lainnya telah didominasi oleh dua sikap ekstrim: cinta dan perang, menyerang dan mundur, hidup dan mati.

Selama sembilan hari pada bulan Oktober 2009, wartawan Norwegia bernama Paulus Refsdal berada di garis belakang bersama dengan Taliban, berbaur dengan pejuang Taliban karena tidak ada pembuat film Barat sebelum dirinya melakukan hal tersebut.

Dan dia ada di sana untuk menyaksikan secara langsung gemuruh dalam kehidupan Dawran, mengatur dan mengarahkan serangan terhadap pasukan AS di pegunungan Afghanistan yang berbahaya - kemudian beberapa jam kembali ke rumah, menjadi seorang ayah yang bermain dengan anak-anaknya.

Untuk mengambil gambar-gambar eksklusif dan belum pernah terjadi sebelumnya, Refsdal mempertaruhkan hidupnya untuk berbaur dengan Dawran dan pejuangnya di Provinsi Kunar - daerah timur laut di mana, al Qaidah aktif dan Usamah bin Ladin pernah dikabarkan bersembunyi di sana.

Refsdal mengatakan dia tidak mengetahui jumlah pejuang Taliban di bawah komando Dawran, tetapi termasuk dalam barisan pejuang mereka adalah putra Dawran - seorang anak laki-laki berusia 12 atau 13 tahun. Anak laki-laki itu membawa senapan mesin yang hampir sama besar dengan dirinya, kata Refsdal.

"Bagi Dawran ... hal itu bukan sesuatu yang buruk untuk mengirim anaknya keluar untuk berperang," kata Refsdal kepada reporter CNN Anderson Cooper, karena Dawran percaya bahwa "... Anaknya akan datang ke surga ketika dan jika ia mati dalam perang ini. "

Ada banyak kelompok yang berbeda yang membentuk Taliban, dan mereka berjuang untuk berbagai alasan. Dawran mengatakan ia dan anak buahnya bergabung dengan Taliban untuk mengusir pasukan asing dari distrik mereka.

"Kami berjuang untuk kebebasan kami, agama kami, kehormatan kami dan kami berjuang untuk tanah air kami," kata Dawran kepada Refsdal. Dawran memerintahkan pasukannya dari sebuah rumah yang dibangun dari batu dan tanah liat, dia menyatakan bahwa dirinya bergantung pada kontribusi untuk mendanai operasi militernya.

Jumlah angka korban dari kedua belah pihak dalam perang yang hampir satu dekade berlangsung ini, sulit didapat. Tidak diketahui berapa banyak pasukan Taliban yang telah tewas melawan pasukan koalisi pimpinan Amerika. Menurut Pentagon, lebih dari 2.200 pasukan koalisi tewas di Afghanistan sejak pasukan AS menginvasi Afghanistan dalam menanggapi serangan 9/11. Lebih dari 1.400 orang tentara Amerika di antara pasukan koalisi yang tewas.

Saat ia mendesak pejuangnya untuk berperang, Dawran mempertanyakan motif pasukan koalisi. "Untuk tujuan apa mereka memerangi kami?" tanya Dawran. "Apakah mereka tertindas? Apakah mereka telah diperlakukan tidak adil? Apakah mereka hidup dalam kediktatoran?"

Penindasan adalah tuduhan kritis yang ditujukan untuk Taliban selama beberapa dekade. Mereka menerapkan aturan hidup dengan syariat Islam. Di tempat-tempat di bawah kendali mereka, wanita wajib menutup wajah dan tubuh mereka dalam burqa.

"Tidak ada dalam Islam yang tidak memiliki solusi untuk itu," jelas Abdul Rahman, seorang hakim lokal Taliban, mengatakan kepada Refsdal. "Jika seseorang memotong tangan orang lain, maka menurut hukum Islam, Anda memiliki hak untuk membalas dan memotong tangannya. Itu sama juga dengan telinga, gigi mata dan hidung."

Taliban sempat memerintah Afghanistan - dan memberikan pelabuhan yang aman untuk kamp-kamp pelatihan al Qaidah - dari pertengahan 1990-an sampai tahun 2001. Pemimpin Taliban menolak untuk mengekstradisi Usamah bin Ladin, yang akhirnya mendorong invasi AS untuk menggulingkan pemerintah Taliban dan membuat jalan bagi pemilihan umum nasional.

Satu dekade kemudian, pejuang Dawran berbaris melalui daerah sulit Kunar dengan senjata berat dan amunisi tergantung di bahu mereka. Beberapa pejuang mengenakan pakaian tradisional Afghanistan dan lainnya mengenakan pakaian seragam kamuflase militer, karena mereka berangkat dari lembah yang dihiasi dengan batu-batu, pohon-pohon kecil dan pepohonan kerdil.

Sebagaimana yang ditampilkan dalam film Refsdal, Dawran mengarahkan serangan terhadap pasukan AS, melakukan koordinasi operasi militer lewat radio genggam dari gunung yang menghadap ke jalan berjarak ratusan meter di bawah lembah.

Delapan puluh mujahidin turut berpartisipasi dalam serangan ini, kata Dawran. Mereka telah mengambil posisi di delapan tempat yang berbeda dalam masing-masing kelompok yang terdiri dari sepuluh orang.

"Serang, serang, dengan bantuan Allah!" Dawran berteriak lewat radionya."Kau berhasil memukul kendaraan, anda melakukannya!"

Tapi apakah para pejuang Taliban berhasil merusak kendaraan atau membunuh pasukan koalisi seperti yang mereka pikirkan? Jawabannya tampaknya tidak ada. Rupanya, serangan itu bahkan tidak layak menjadi sebuah laporan.

CNN telah menghubungi markas pasukan koalisi. Seorang petugas AS untuk juru bicara kepada media melakukan pencarian melalui 1.800 laporan dari bulan Oktober 2009 dan berkata, "Supaya jelas, Kami tidak memiliki laporan dari setiap serangan Taliban di daerah itu selama jangka waktu yang diberikan."

Pada saat serangan berakhir, suara gema tembakan terdengar di lembah, segumpal asap naik di kejauhan.

"Taliban seperti kebanyakan pejuang Muslim lainnya," kata Refsdal. "Ketika mereka punya waktu luang, mereka membaca Al-Quran. Mereka tidak berlatih. Dari apa yang saya lihat dari cara mereka menembak, tembakan mereka tidak begitu akurat."

Ia mengakui bahwa ia mendapatkan kondisi kritis karena bergabung dengan pejuang Taliban yang mencoba untuk menyergap pasukan koalisi.

"Saya memahami bahwa ini sangat emosional bagi sebagian orang - terutama orang-orang di angkatan bersenjata pasukan koalisi," kata Refsdal kepada Cooper dari CNN. "Saya seorang wartawan, saya hanya memfilmkan apa yang terjadi."

Perang telah menjadi hal "rutin" untuk para pejuang Taliban, kata Refsdal. "Mereka melakukan penyergapan dan kemudian menghabiskan sisa hari mereka untuk duduk dan berbicara di radio. Mereka duduk, mereka banyak minum teh dan mereka memiliki beberapa permainan untuk dimainkan."

Salah satu permainan adalah kontes lempar batu sederhana. Berdiri dalam area yang relatif datar, orang-orang berkerumun untuk melihat siapa yang dapat melempar batu yang berat paling jauh. Kebanyakan menggunakan dua tangan untuk melemparkan batu.

Pada akhir permainan, komandan Taliban yang menang. "Ini adalah kehidupan sehari-hari mereka," kata Refsdal kepada Cooper. "Ini adalah Taliban."

Suatu hari, Refsdal mendapat pemberitahuan dari Dawran bahwa pesawat mencurigakan terbang di atas tempat persembunyian pejuang Taliban. Komandan Taliban itu meminta kepada Refsdal untuk tetap di dalam persembunyian.

Kemudian, Refsdal mendengar suara tembakan. Dawran mengetuk pintu kemudian mengatakan kepada Refsdal untuk segera keluar. "Tinggalkan barang-barang Anda," kata Dawran. "Lari..Lari."

"Kami menemukan sebuah gudang tua yang sudah ditinggalkan dan kami tidur di sana pada malam hari" pada saat tembakan terus berlangsung, kata Refsdal.

Menjelang fajar Refsdal diberitahu bahwa belasan orang - termasuk letnan komandannya Dawran - telah tewas dalam serangan Pasukan Khusus pasukan koalisi.

Refsdal mendapatkan Dawran menangis seperti anak kecil atas hilangnya anak buahnya. Kemudian, Dawran melarikan diri bersama dengan keluarganya, menyelamatkan hidupnya.

Refsdal tahu bahwa film yang dia ambil akan mengejutkan banyak orang - dan mengganggu beberapa pihak. Tapi ia merasa yakin bahwa film yang ia buat adalah otentik, bukan merupakan upaya propaganda.

Jika Taliban ingin menciptakan propaganda, mereka akan menunjukkan kekuatan - bukan pihak yang memperlihatkan sisi lembut mereka, katanya. (fq/cnn)

Sunday, December 12, 2010

Hasil Survei: Italia Termasuk Bangsa di Dunia yang Paling Benci Yahudi



Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Lembaga "Iesfo" Italia di Roma menyatakan bahwa kebanyakan warga Italia memadang secara pasif terhadap Israel, dan warga Italia adalah di antara bangsa-bangsa dunia yang membenci orang Yahudi.

Jajak pendapat tersebut mengatakan 84% dari responden yang disurvei menyatakan mereka tidak tahu bahkan satu orang Yahudi-pun, dan 21,6% berpikir bahwa orang-orang Yahudi berhubungan dengan bangsa Palestina dengan cara yang sama yang dilakukan Nazi terhadap Yahudi, sedangkan 26% warga Italia menyatakan bahwa orang Yahudi menjadi korban "algojo", dan 24,5% berpikir bahwa orang Yahudi memanfaatkan Holocaust untuk membenarkan kebijakan pendudukan Israel.

Jajak pendapat itu menunjukkan juga bahwa 31,7% warga Italia berpikir bahwa orang Yahudi telah menguasai ekonomi dunia, dan 27% responden menyatakan bahwa orang Yahudi memiliki kekuatan politik yang sangat besar.

Surat kabar Israel Maariv, yang menerbitkan laporan itu, menyatakan bahwa para pemimpin komunitas Yahudi di Italia telah menyatakan keprihatinan tentang penyebaran kebencian terhadap Yahudi lewat Internet, seperti yang diungkapkan Departemen Dalam Negeri Italia bahwa jumlah situs web yang memusuhi orang-orang Yahudi meningkat sebesar 50% pada tahun 2009.(fq/cnn)

Monday, December 06, 2010

Helen Thomas: Zionis Yahudi Menguasai Gedung Putih, Wall Street, Kongres Dan Hollywood


Veteran wartawan Gedung Putih yang sudah dipecat karena mengkritik Israel, Helen Thomas mengatakan bahwa selama ini Zionis mengendalikan secara penuh kebijakan luar negeri dan lembaga-lembaga AS lainnya.

Lebih jelasnya Helen Thomas, mengatakan Israel tidak pernah bisa dikritik di Amerika Serikat karena Zionis mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika serta lembaga-lembaga utamanya.

"Saya bisa menyebut siapapun presiden AS, tapi saya tidak bisa menyentuh Israel, yang memiliki jalan-jalan Yahudi di Tepi Barat," kata Thomas.

Kolumnis berusia 90 tahun ini mengatakan bahwa Gedung Putih, Kongres, Wall Street dan Hollywood semua dimiliki oleh Zionis.

"Kongres, Wall Street, Gedung Putih, dan Hollywood, dimiliki oleh Zionis. Tak ada pertanyaan, menurut pendapat saya," katanya.

Kelompok-kelompok Yahudi menyebut komentar Thomas 'tidak adil dan fanatik. Mereka juga mengecam pernyataan Helen Thomas tersebut. (sa/presstv)

Helmut G Didenda 800 Euro Karena Mengolok-Olok Suara Adzan

Seorang warga Austria telah didenda oleh pengadilan setempat karena mengolok-olok warga Muslim dengan menirukan suara panggilan adzan sembari memotong rumput, demikian menurut laporan Kronen Zeitung.

Surat kabar itu mengklaim bahwa Helmut G. diputuskan oleh pengadilan di Graz, Styria, telah menyinggung tetangga sebelahnya yang merupakan seorang Muslim.

Helmut, berusia 63 tahun, dilaporkan mengejek dan meniru panggilan dari muazzin. Surat kabar harian itu menulis bahwa Helmut didenda 800 Euro setelah hakim menyebutkan bahwa dia menyinggung tetangganya dan mengejek keyakinan mereka. Kaum Muslim, yang kewarnegaraannya tidak diungkapkan oleh laporan itu, tengah melakukan salat ketika Helmut mulai bernyanyi menirukan adzan.

"Bukan maksud saya untuk meniru atau menghina mereka. Saya hanya mulai bernyanyi sebuah lagu karena hati saya tengah berada dalam suasana yang baik" kata pria itu kepada surat kabar. (sa/austriatimes)

Thursday, December 02, 2010

21 Organisasi Internasional Serukan Segera Akhiri Blokade Terhadap Gaza


21 organisasi hak asasi manusia internasional telah menyerukan dunia internasional untuk segera bergerak mengangkat pengepungan terhadap Gaza tanpa syarat apapun.

Organisasi HAM internasional dalam laporannya yang akan diterbitkan pada hari Selasa ini (30/11) mengatakan bahwa langkah-langkah Israel untuk "meringankan" pengepungan di Gaza di bawah tekanan internasional tidak mengubah apapun dalam kehidupan penduduk sipil di Jalur Gaza.

Organisasi-organisasi non-pemerintah, termasuk Amnesty International, dan Dewan Pengungsi Norwegia, mengatakan bahwa tidak ada cukup bahan konstruksi yang diizinkan masuk ke Gaza oleh rezim Zionis.

Mereka mengatakan bahwa hanya ada kemajuan "kecil" yang terjadi akibat pengurangan blokade dalam kebebasan bergerak bagi warga sipil sambil mengingatkan ada perkembangan nyata terhadap ekspor dari Gaza. (fq/pic)

AS Murka atas Klaim Palestina bahwa Tembok Ratapan bukan Milik Yahudi


Amerika Serikat pada hari Selasa kemarin (30/11) mengutuk klaim dari seorang pejabat senior Palestina bahwa Tembok Barat Yerusalem Gunung Bait tidak memiliki arti penting bagi orang Yahudi.

Al-Mutawakil Taha, deputi menteri informasi Palestina, telah mengatakan Rabu pekan lalu bahwa tembok ratapan, yang dianggap sebagai situs tersuci Yudaisme, adalah bagian dari warisan Islam dan karena toleransi Islam-lah kaum Yahudi diperbolehkan untuk berdoa di sana.

"Kami sangat mengutuk komentar dan sepenuhnya menolak pernyataan Palestina dan menganggap klaim tersebut tidak benar, tidak sensitif dan sangat provokatif," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

"Kami telah berulang kali mengangkat isu ini dengan kepemimpinan Otoritas Palestina agar mereka perlu secara konsisten memberantas segala bentuk de-legitimasi terhadap Israel termasuk menolak koneksi Yahudi terhadap tempat bersejarah."

Ketua Komite DPR AS Luar Negeri, dari kubu Republik Howard Berman, juga mengecam klaim Taha, dan menyebutnya sebagai provokatif dan tidak benar.

"Saya sangat mengutuk [klaim] bahwa Tembok Barat di Kota Tua Yerusalem tidak memiliki arti agama untuk orang-orang Yahudi," kata Berman.

"Presiden Abbas dan Perdana Menteri Fayyad mengetahui betapa pentingnya secara spiritual Tembok Barat untuk komunitas Yahudi global," katanya, sembari menyerukan Abbas untuk mengecam laporan Thaha dan mengklarifikasi bahwa pernyataan itu bukan pernyataan resmi Otoritas Palestina.

Komite Yahudi Amerika telah memuji tanggapan pemerintahan Obama yang menolak klaim dan mengutuk Otoritas Palestina yang telah merendahkan hubungan Yahudi terhadap tembok ratapan.(fq/hrzt)

Yvonne Ridley: Ketika Seorang Perempuan Keluar Memakai Jilbabnya, Ia Sedang Berjuang Untuk Islam


Yvonne Ridley, penulis dan komentator Inggris terkenal, sudah cukup lama memeluk Islam. Banyak hal yang sering ditanyakan kepadanya terkait perpindahan agamanya itu terutama karena ia memeluk Islam setelah berinteraksi dengan para pejuang Taliban. Berikut ini adalah berbagai hal yang sering ditanyakan kepadanya.

Berapa banyak yang Anda tahu tentang Islam sebelum menjadi seorang Muslimah?

Saya hanya tahu sedikit tentang Islam sebelum menjadi Muslimah. Saya hanya tahu apa yang dikatakan oleh media belaka.

Bagaimana Anda memeluk Islam?

Ketika saya ditangkap oleh Taliban, seorang ulama agama mendatangi saya. Dia bertanya pada saya beberapa pertanyaan tentang agama, dan ia juga bertanya apakah saya ingin masuk Islam. Saya ketika itu sangat takut bahwa saya jika memberikan jawaban yang salah, saya akan dibunuh. Setelah berpikir hati-hati, saya berterima kasih kepada ulama tersebut, dan mengatakan bahwa akan sulit bagi saya untuk membuat keputusan yang mengubah hidup sementara saya ditawan. Tap, saya berjanji, jika saya dibebaskan dan kembali ke London, saya mempelajari Islam.

Jadi setelah dibebaskan, saya membaca sebuah terjemahan bahasa Inggris dari Al Qur'an. Ketika saya pulang ke Inggris, saya mencari-cari dalam indeks Al Qur'an, dan membaca bab yang berbeda. Saya kagum dengan hak-hak dalam Islam yang diberikan kepada perempuan, dan itulah yang benar-benar membuat saya tertarik dengan Islam.

Setelah memeluk Islam, bagaimana dukungan terhadap Anda? Bagaimana mungkin seorang gadis pesta dan bergaya hidup Barat, tiba-tiba memeluk Islam?

Ya dan tidak. Saya mendapat banyak dukungan dari saudara saya, saya pikir saya lebih beruntung daripada banyak mualaf yang lainnya. Beberapa mualaf benar-benar membutuhkan dukungan sangat dekat dan pengawasan hampir setiap hari. Sayangnya, banyak dari kami (para mualaf) yang ditinggalkan begitu kami mengatakan kita telah ber-syahadat. Bahkan, saya ingin mengatakan kepada saudara-saudara di luar sana, tahun pertama bagi mualaf merupakan tahun sangat penting. Harap jangan meninggalkan kami setelah kami mengikrarkan Syahadah.

Apa yang menjadi tantangan terbesar Anda setelah memeluk Islam?

Belajar menjadi orang yang lebih baik. Hal ini mungkin terdengar aneh karena saya pikir saya bukanlah orang yang buruk sebelum memeluk Islam, tapi saya perlu belajar etiket Islam, seperti menjadi sabar dan toleran. Bagi mereka yang mengenal saya cukup baik tahu bahwa itulah saat yang berat buat saya.

Bagaimana keluarga dan teman-teman menerima Anda? Apa reaksi mereka?

Semua orang terkejut. Tetapi setelah beberapa saat, mereka tahu bahwa saya bahagia dan sehat. Mereka melihat bahwa apapun itu dalam hidup saya, saya melakukannya dengan sangat baik dengan itu. Teman perempuan saya bertanya, "Apakah kamu masih berpacaran?" saya jawab, "Mengapa kamu masih berpikir bahwa dengan semua hal ini hanya karena harus seorang lelaki?" Maksud saya, Anda harus menerima bahwa saya telah menemukan sesuatu yang memberi saya banyak kebahagiaan, kekuatan batin, dan spiritualitas.

Dengan semua riuh-rendah tentang jilbab, bagaimana Anda mengatasinya ketika Anda memakai jilbab di Inggris?

Saran saya untuk para politisi adalah jauhilah lemari pakaian kami. Saya tidak langsung mengenakan jilbab, dan saya sangat senang Anda bertanya tentang ini. Ketika seorang perempuan memakai jilbab keluar rumahnya, ketika itu ia sedang berjuang untuk Islam, dia ada di garis depan. Ketika berada di luar rumah, semua pelecehan akan dialamatkan kepadanya. Sayangnya, beberapa Muslimah diserang secara fisik karena perdebatan tentang jilbab yang dimulai oleh politisi yang keliru.

Saya salut kepada Muslimah yang memakainya, saya salut akan kekuatan, keberanian dan keyakinan iman mereka.

Untuk mereka yang tidak memakainya, saya akan memberitahu orang-orang di sekitar mereka untuk bersabar dan memberi mereka waktu. Kita semua dalam perjalanan spiritual, beberapa dari kami mencapai tingkat yang jauh lebih cepat daripada yang lain. Ini perlu waktu. Kita tidak harus kritis kepada saudara kita yang tidak mengenakan jilbab, karena ada banyak tekanan dan tegangan. Alih-alih bersikap kritis, kita harus mendukung dan membantu mereka.

Saya pribadi, memakai jilbab butuh waktu bagi saya, dan merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan saya sebagai seorang Muslimah. Setiap hari saya berkembang, dan jika kita berbincang dua puluh tahun kemudian, saya masih akan tetap belajar tentang Islam, insyaAllah.

Menurut Anda apa yang diketahui oleh orang-orang non-Muslim tentang Islam?

Kita harus menympaikan kepada Barat bahwa perempuan Muslimah tidak tertindas. Ada banyak isu yang memengaruhi perempuan Barat dan wanita Muslim. Dan apa yang akan saya katakan kepada wanita non-Muslim adalah bahwa ada cukup banyak substansi dan karakter di bawah kerudung itu. Jika anda melihat, Anda akan menyadari bahwa ada beberapa hal yang luar biasa; ada banyak perempuan Muslimah yang berkecimpung di dunia politik, kesadaran internasional, terampil, multi-berbakat di bawah kerudung itu. Jadi, bukannya menghabiskan begitu banyak waktu untuk bertanya-tanya ada apa di balik jilbab itu. Ada banyak feminis Islam. Dan mereka jauh lebih radikal daripada rekan-rekan sekuler mereka. (sa/iol)

ALQURAN & RECITATION

Quran Explorer - [Sura : 1, Verse : 1 - 7]