Friday, May 01, 2009

Anak-anak Malaysia Renungilah Nasib Anak-Anak Afghan

SKetika ini, anak-anak Afghanistan menjadi anak-anak yang paling menderita di seluruh dunia. Mereka terjepit dalam perang dan kelaparan, juga tak jarang menjadi korban bom serta ranjau. Dalam perang tak berdasar AS terhadap Taliban, anak-anak Afghan terperangkap sedemikian rupa, dan menjadi korban terlupakan. Parahnya, kondisi mereka pun diabaikan oleh pemerintahan Afghanistan sendiri.

Kabul, ibukota Afghanistan, dengan segera telah menjadi ibukota paling gelap di dunia. Sedikit fasiliti dan jika pun tersedia, hanya dimiliki oleh orang-orang berduit atau staf pemerintahan saja. Jalanan yang berdebu dilintasi oleh limusin dan mobil sedan mewah lainnya, sungguh kontras dengan kondisi sekelilingnya yang dipenuhi oleh anak-anak yatim, tak bersekolah, mengerjakan apa saja untuk bisa makan, juga kadang tak mengenal siapa orang tua atau kerabatnya.

Dan untuk semua itu, kedatangan AS pada awal 2001 atas nama pemberantasan teroris setelah kejadian 9/11, menjadi awal peristiwa; rakyat Afghan menanggung sesuatu yang tak mereka lakukan.










Salah satu pilihan hidup anak-anak Afghanistan adalah menjadi pemungut sampah. Setelah seharian, mereka akan menjualnya dengan harga murah.









Layaknya anak-anak, mereka memerlukan area untuk bermain. Namun Kabul telah hancur, dan sungguh susah menemukan arena bermain atau taman. Al hasil mereka pun bermain dengan tank yang telah hancur.










Tak ada sekolah. Sekolah hanya untuk anak-anak orang kaya dan pejabat pemerintahan. Anak-anak menengah ke bawah harus terdepak ke jalan, mencari makan untuk dirinya sendiri, seperti berjualan seperti kanak-kanak ini yang menjual makanan asasi Afghanistan. Trajisnya, jumlah anak-anak menengah ke bawah, tentu saja jauh lebih ramai daripada mereka yang menjadi anak orang kaya di Afghan.










Lebih dari 10 ribu anak yang berusia di bawah 9 tahun telah menjadi pekerja di kilang-kilang batu-bata yang banyak tersebar di seantero Afghanistan.










Pilihan terakhir: menjadi pengemis. Karena tak lagi punya kaki kena ranjau atau bom, tak punya ayah ibu dan sanak saudara lain, akhirnya satu-satunya yang bisa dilakukan oleh (anak) anak Afghanistan ini mengharapkan iba orang lain.

(http://www.eramuslim.com/berita/dunia/nasib-anak-anak-afghan-di-tengah-perang.htm)

No comments:

ALQURAN & RECITATION

Quran Explorer - [Sura : 1, Verse : 1 - 7]