Wacana soal "blokade keamanan" itu dilontarkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (20/6) malam. Ia membantah bahwa Israel telah melakukan blokade terhadap warga sipil di Gaza, tetapi yang dilakukan Israel adalah "blokade keamanan" untuk melindungi rakyat Israel dari serangan Hamas.
"Kami sudah memperketat blokade keamanan, karena berhasil mengakhiri kemampuan Hamas agar semua ornag menyalahkan Israel karena telah membuat warga sipil menderita dan karena teman-teman kami di dunia mendukung kami (Israel) atas keputusan ini dan memberikan legitimasi agar kami melanjutkan blokade keamanan terhadap Hamas," kata Netanyahu.
"Kami sudah mengambil keputusan yang benar untuk Israel dari sudut pandang politik dan keamanan," sambungnya.
Dengan alasan "blokade keamanan", Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman dan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak yang akan memutuskan barang-barang apa saja yang boleh masuk dan tidak boleh masuk ke Jalur Gaza. Menurut situs Israel Y.net, ada ribuan barang yang dilarang masuk Gaza, antara lain barang-barang yang terbuat dari aluminium, logam dan pupuk.
Sumber yang dekat dengan Perdana Menteri Israel pada Y.net mengatakan bahwa kebijakan baru Israel membolehkan masuknya barang jenis pasta ke Gaza adalah strategi Israel untuk menghadapi tekanan dunia internasional dan mendapatkan dukungan dalam menerapkan "blokade keamanan."
"Strategi itu dilakukan untuk memperkuat posisi moral Israel untuk meminta dunia internasional agar terus melakukan upaya membantu Israel untuk membebaskan prajuritnya, Gilad Shalit," kata sumber tadi. Gilad Shalit adalah prajurit Israel yang ditawan pejuang Hamas di Gaza sejak tahun 2006. (ln/Ynet)
No comments:
Post a Comment