Sewaktu perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan diminta untuk naik ke atas podium pada acara pertemuan tingkat tinggi tersebut, para delegasi dari negara-negara Arab dengan spontan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada Erdogan, tindakan para delegasi Arab ini mencerminkan meroketnya popularitas Turki di panggung dunia di tengah sengketa blokade Israel terhadap Gaza dan adanya usulan sanksi PBB terhadap Iran.
Forum Ekonomi Turki-Arab dibuka dengan menyerukan adanya penyelidikan internasional terhadap serangan brutal pasukan komando Israel pada tanggal 31 Mei lalu terhadap kapal bantuan kemanusiaan yang menuju Gaza, dan hal ini menjadi topik yang ditekankan oleh Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Apakah kami akan tetap diam atas pembunuhan sembilan orang warga kami? Apakah kami bisa menutup mata tindakan preman terjadi di perairan internasional," kata Erdogan dalam forum Ekonomi Turki-Arab. "Mulai sekarang, hal seperti ni tidak bisa terus dibiarkan."
Sekjen Liga Arab Amr Moussa juga menuduh zionis Israel terus melakukan kekejaman dan serangan serta pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional dan dirinya memuji sikap Turki yang berani menantang Israel atas serangan yang menewaskan delapan aktivis Turki dan seorang remaja Turki-Amerika.
Israel bersikeras bahwa pasukan komandonya bertindak untuk membela diri setelah diserang oleh para aktivis pro-Palestina di kapal Mavi Marmara.
Sekjen Liga Arab Amr Moussa mengatakan sembilan orang yang tewas "adalah para syuhada kita."
Popularitas Turki di dunia Islam semakin melonjak karena memimpin dunia dalam mengutuk serangan Israel terhadap kapal yang mencoba mendobrak blokade Israel di Gaza.
Turki - sebuah negara non-Arab dan merupakan negara mayoritas Muslim - juga memenangkan dukungan antara sekutu Arab untuk menentang sanksi baru terhadap Iran, yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB Rabu lalu.
"Embargo dan pengucilan tidak akan berguna," kata Erdogan, menambahkan bahwa dunia harus membayar harga yang berat sebagai akibat dari kebijakan mereka seperti di Irak dan Afghanistan.
"Ada ratusan ribu janda, siapa yang akan menjelaskan ini semua? Ada anak yatim, siapa yang akan menjelaskan ini? Mereka yang mengubah geografi ini dan mereka harus bertanggung jawab."
Erdogan, bagaimanapun, mengatakan negaranya tetap akan bekerja untuk menjaga kesepakatan pertukaran-nuklir yang ditengahi Turki untuk menyelesaikan sengketa Iran di atas meja perundingan.
Dia sangat menolak tuduhan Barat bahwa Turki telah bergeser ke arah Timur, dan menggambarkan klaim tersebut seperti "maksud yang jahat" dan Barat berupaya untuk mencegah Turki dari membangun hubungan dengan dunia Arab.
Erdogan menunjuk soal investasi Perancis di Suriah dan negara-negara Arab lainnya, dan menambahkan: "Namun ketika datang Turki untuk berinvestasi di negara-negara Arab atau sebaliknya, propaganda kotor sedang mencoba mereka (barat) lakukan untuk menghambat proses ini."(fq/aby)
No comments:
Post a Comment