Surat kabar terkemuka Timur Tengah as-Sharq al-Awsath (23/11) melansir, Qardhawi juga menasihati para pejuang Chechnya dan para pemimpinnya untuk tidak hanya berkiblat kepada para "imam" jamaah Islam garis keras semisal Jama'ah Jihad dan Jamaah Islamiyah, tetapi juga kepada ulama-ulama fikih yang kredibilitasnya diakui (mu'tabar).
"Beberapa hari yang lalu, serombongan ulama dari Chechnya mendatangi saya dan meminta saya untuk mengeluarkan himbauan kepada masyarakat Muslim Chechnya, khususnya himbauan pelurusan faham keislaman kepada mereka yang menjadikan kekerasan, peperangan, dan aktivitas pertumpahan darah lainnya sebagai jalan untuk mencapai tujuan mereka," demikian kata Qardhawi.
Ditambahkan Qardhawi, seharusnya para aktivis pejuang itu lebih mengedepankan fikih awlawiyat (prioritas) dan fikih muqazanat (menimbang hal yang lebih baik) karena banyak hal dalam kehidupan mereka yang harus lebih didahulukan untuk dijaga.
Islam sendiri, jelas Qardhawi, sangat mengharamkan menumpas kemunkaran dengan kemunkaran, karena hal tersebut memastikan akan menimbulkan kemunkaran lain yang lebih besar. "Islam tidak pernah menghalalkan upaya penumpasan kemunkaran dengan kemunkaran lainnya".
Qardhawi juga menyerukan para ulama, cendikiawan, pemikir, dan pecinta ilmu untuk mendebat para jemaat garis keras dengan cara-cara yang lebih patut dan bijak.
"Kita harus berdiskusi dengan para petinggi jemaat itu dengan hikmah, logika ilmu, syara' yang memberi petunjuk, dan hujjah-hujjah yang tepat, sebagaimana dulu pernah dilakukan sahabat Abdullah ibn Abbas terhadap kaum Khawarij," jelasnya.
Jalan perang, terang Qardhawi, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, termasuk masalah kemerdekaan yang dikehendaki sebagian Muslim Chechnya. Maka, opsi terbaik bagi Muslim Chechnya di hadapan pemerintahan Federal Rusia adalah membuka kran dialog sebesar-besarnya, dengan meminta pihak pemerintahan Federal Rusia untuk memberikan otonomi penuh terhadap rakyat Chechnya untuk menentukan arah dan kebijakan wilayah mereka.
Beruntung, sejak masa pemerintahan Presiden Russia Vladimir Putin, tensi ketegangan antara Russia dengan Chechnya berangsur menurun, bahkan berjalan ke arah yang lebih baik. Pemerintahan Russia mulai memberikan banyak hak istimewa dan otomi khusus terhadap wilayah Chechnya yang mayoritas penduduknya beragama Islam itu. (ags/aat)
No comments:
Post a Comment