Perdana Menteri Turki Recep Erdogan Tayyep pada hari Kamis kemarin (13/1) mengecam pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang ia anggap sebagai pemerintahan "terburuk" dalam sejarah Israel.
Hubungan erat antara Israel dan Turki mulai goyah setelah perang di Gaza dua tahun lalu dan semakin memburuk setelah serangan mematikan Israel berikutnya yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap armada bantuan berbendera Turki menuju Jalur Gaza Mei tahun lalu.
Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, Erdogan mengatakan bahwa Turki akan mendinginkan hubungan sampai Israel melunak dan mau meminta maaf atas serangan dan memberikan kompensasi kepada keluarga dari sembilan aktivis pro-Palestina yang tewas di kapal Mavi Marmara.
"Selama pemerintah Netanyahu tidak mengubah kebijakan, ia tidak bisa mengharapkan kami akan berubah," kata Erdogan kepada Al-Jazeera.
Erdogan menambahkan bahwa Turki tidak berminat memperbaharui salah satu kesepakatan yang telah ditandatangani dengan Israel dan juga akan mempertimbangkan hubungan segar kembali dengan Israel jika Israel mengabulkan permintaan tersebut.
Erdogan juga menyuarakan dukungan untuk para penguasa Hamas di Gaza dan menolak definisi Barat terhadap Hamas yang dicap sebagai teroris.
"Hamas bukan gerakan teroris. Mereka adalah orang-orang yang mempertahankan tanah mereka. Ini adalah gerakan yang memasuki pemilu dan menang," katanya, menambahkan bahwa kelompok Hamas tidak pernah diberi kesempatan untuk memerintah sebagai rezim yang demokratis.
Perdana menteri Turki menambahkan bahwa Hamas harus dibawa ke dalam negosiasi untuk penyelesaian permanen konflik, menyatakan bahwa tanpa mereka perdamaian Palestina-Israel tidak mungkin terjadi. (fq/hrzt)
No comments:
Post a Comment